Rabu, 08 Februari 2017

Kawan


Malam ini terasa panas, sangat panas hingga membakar segalanya. Kulitku, otakku, jantungku, bahkan hatiku. Semuanya lebur menjadi abu manusia yang siap untuk segara di doakan. Entah mengapa malam ini begitu sunyi, hingga suara udara yang dihembuskan kipas angin kamar ku pun terdengar sangat merdu, bagai alunan musik pengantar jenazah ketika dimakamkan. Hari ini sangat melelahkan, ya begitulah hidup, hari esok pun pasti akan sama melelahkannya.

Malam ini, bukan, lebih tepatnya pagi ini, pukul 03.00 a.m, tiba-tiba aku merasa jika di tahun ini aku akan banyak menelan pahitnya ditinggal orang yang ku kenal, bahkan yang ku sayang dulunya. Bagaimana tidak, dua bulan pertama saja aku harus kehilangan dua orang kawan sekaligus. Mereka meninggalkan ku secara halus, sangat halus sampai aku tak menyadari mereka telah pergi. Mungkin agar aku tak terlalu kecewa ketika mereka harus pergi dan meninggalkan ku dengan ribuan kenangan saat bersama mereka.

Bagiku, teman adalah segalanya dalam hidup. Mereka keluarga kedua, yang bahkan lebih mengenalku dengan baik dibanding keluarga asliku. Tapi mengapa mereka terlalu kejam. Aku tak menyalahkan mereka. Aku tak ingin. Namun siapa yang harus ku salahkan? Tuhan? Tidak, itu lebih tidak mungkin. Baiknya aku menyalahkan diriku sendiri. Mereka pergi karena aku. Tapi mengapa mereka tidak berpamitan ketika ingin pergi. Disitulah sifat kejam mereka. Mereka pergi perlahan-lahan, hingga aku lupa tentang mereka. Aku tak akan pernah lupa. Sungguh. Namun mereka terlalu angkuh untuk sekedar menyapa teman lama. Begitu pula aku sendiri. Gengsi berat dalam pikir setiap orang untuk menjadi pesapa yang pertama.

Mereka ingin didatangi, bukan mendatangi. Aku merasa diriku baik. Sangat baik. Mungkin sedikit angkuh dan munafik. Dan aku mendatangi mereka pada “akhirnya”. Ya, sangat sangat di akhir. Ketika pertama mengenal mereka, mereka sangat baik terhadapku. Dua orang ini, mereka adalah teman semasaku SMP dan teman semasaku kuliah. Aku kenal baik dengan mereka dulunya, begitu pula mereka terhadapku. Tapi mereka menghilang seiring berjalannya waktu yang tidak sebentar. Terhempas oleh kesibukkan masing-masing. Aku tak tahu pasti tentang itu. Tapi yang aku tahu pasti adalah ketika aku dan mereka sudah lama tidak bertemu, kami akhirnya bertemu dengan keadaan paling akhir tanpa bisa mengucap salam pertemuan atau perpisahan. Semoga kau diterima di sisi-Nya ya kawan. Aku tak akan pernah lupa gelak candamu, sebab telah terekam dalam memori kehidupan ku. Semoga kau bahagia disana, melebihi bahagiamu ketika masih menapak tanah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar