Ilustrasi hewan qurban. Foto: Dayah Nihayatul Muhtaj |
2. Hak Penanganan
Setelah selesai disembelih, maka
selanjutnya hewan qurban akan dikuliti untuk dapat diambil dagingnya. Namun
sayangnya, menurut saya, kedua masjid yang saya kunjungin tidak mencerminkan
perilaku yang baik dalam menangani permasalahan tersebut.
Pertama, cara mereka membawa
hewan qurban setelah disembelih sangat tidak berpri-kehewanan. Sebab, mereka
menyeret begitu saja hewan yang sudah mati dengan keadaan kepala menyeret aspal
jalan dan darah pun akhirnya berceceran kemana-mana.
Selain itu, ada juga di salah
satu masjid yang mengabadikan terlebih dahulu hewan yang telah disembelih
secara beramai-ramai sampai keadaan sang hewan terinjak-injak dan terhimpit
oleh orang-orang disekitarnya. Sebagai manusia, apakah hal tersebut baik kita
lakukan?
Yang menjadi permasalahan saya
disini ialah sikap tersebut dilakukan kepada hewan yang sedang dalam konteks
istimewa. Jika dimaknai, hewan qurban adalah pengganti anak yang akan kita
serahkan kepada Allah SWT untuk disembelih.
Maka menurut saya, perlakukanlah
hewan tersebut layaknya hewan yang sudah menolong kita dengan menggantikan
posisi anak-anak kita untuk disembelih. Berterima kasih lah kepadanya.
Perlakukanlah dengan baik wujudnya meski telah dalam keadaan mati sekali pun.
Aliran Darah Hewan Qurban
Sepengetahuan saya (maaf jika salah), yang diutamakan dalam
proses penyembelihan hewan qurban adalah aliran darah yang keluar dari rongga
leher dan jatuh ke dalam lubang atau dasar permukaan. Sayangnya, saya kerap
melihat hewan-hewan qurban yang dipotong begitu saja tanpa mengidahkan aspek
darah ini.
Aliran darah tersebut dibiarkan berceceran kemana-mana
layaknya gelas minuman yang tumpah dari tangan anak kecil. Lalu, dimanakan
estetika sang darah? Dulu bahkan saya kerap disuguhi mitos jika terkena darah
hewan qurban maka tempat yang terkena akan tumbuh kutil. Namun sekarang apakah
mitos tersebut masih layak dibicarakan kepada anak dan adik kita?
Selain itu, hasrat untuk mengekspos darah dalam ranah media
sosial juga sangat tinggi. Ayolah kawan, tidak semua menyukai tontonan darah
seperti dirimu. Jadi, bijaklah dalam menggunakan sosial media. Sebab, meski itu
milikmu, orang lain juga akan mendapatkan hasilnya.
Panitia Penyembelihan
Hewan Qurban
Panitia memiliki peranan penting dalam penyelenggaraan
sebuah acara. Mulai dari pekerjaan berat yang diembang, resiko bahaya yang
diterima, dan sebagainya. Namun, apakah alasan sesungguhnya masyarakat umum
ingin menjadi panitia, terutama panitia penyembelihan hewan qurban?
Mungkin ini hanya sekedar spekulasi saya semata, tetapi
pertanyaan diatas mungkin bisa saya jawab dengan “daging”. Ya benar, daging.
Daging menjadi salah satu tujuan utama masyarakat berbondong-bondong ingin
menjadi panitia. Kenapa saya dapat berbicara demikian?
Berdasarkan apa yang saya lihat sendiri, banyak dari panitia
penyembelihan melakukan hal yang tidak sepantasnya dilakukan terkait dengan
daging tersebut. Mungkin tidak semua panitia melakukan hal ini. Namun,
sepanjang tahun saya melihat aksi penyembelihan, selalu saya temukan
panitia-panitia yang membawa daging qurban terlebih dahulu dengan jumlah yang
lumayan besar ke rumah mereka.
Selain itu, ada juga panitia yang berbicara “ini bagian gue
ya”, “gue mau kepala yang ini”, “gue mau bawa pulang buntutnya ya buat di sop”,
dan sebagainya. Well, menurut saya sendiri panitia pasti mendapatkan bagian
daging lebih sebagai pengganti dari tenaga dan waktu yang dikeluarkan saat
acara tersebut.
Namun apakah pantas jika seorang panitia melakukan suatu hal
dengan tujuan tertentu apalagi sedang dalam kegiatan yang sakral seperti Idul
Adha?
Semua itu adalah apa yang saya temukan dalam acara
penyembelihan hewan qurban beberapa hari lalu di masjid sekitar rumah saya. Jika
menurut kalian hal ini tidak benar, dan terlalu mengada-ada karena tidak ada
paham yang spesifik, kalian dapat memberikan tanggapan di kolom komentar.
Terima kasih😊
Tidak ada komentar:
Posting Komentar